Minggu, 29 Agustus 2010

Sabtu, 24 Juli 2010

Peringkat UII Meningkat dalam Dua Versi Lembaga Pemeringkatan PT Dunia

Perlahan tapi pasti, UII terus menunjukkan komitmennya sebagai perguruan tinggi bertaraf internasional. Internasionalisasi institusi UII ditempuh salah satunya dengan meningkatkan pelayanan kepada publik melalui situs resmi UII (http://www.uii.ac.id). Upaya perbaikan yang terus dilakukan ini secara praktis juga memberi dampak positif pada UII dalam pemeringkatan perguruan tinggi (PT) dunia.

Pada bulan Juli ini, peringkat UII mengalami peningkatan berdasarkan pada laporan yang dirilis dua lembaga pemeringkatan PT dunia, yakni Webometrics dan International Colleges and Universites (4ICU). Pemeringkatan kedua lembaga ini sama-sama berdasarkan pada tingkat popularitas setiap PT di dunia internet melalui situsnya. Adapun perbedaan paling mencolok antar keduanya terletak pada parameter yang dipakai dalam pemeringkatan.

Rilis Webometrics: UII Meningkat di Semua Level

Dirilis beberapa hari lalu, peringkat UII versi Wobometrics mengalami peningkatan di semua level, baik di level dunia, Asia Tenggara, maupun di level nasional. Untuk level dunia, peringkat UII meningkat sebanyak 698 peringkat, dari sebelumnya berada pada peringkat 2422 (Januari 2010) menjadi 1724 pada Juli 2010. Sementara untuk tingkat Asia Tenggara, peringkat UII mengalami kenaikan sebanyak 25 level. Pada periode ini, UII berada pada peringkat 49 se-Asia Tenggara, dari sebelumnya berada pada peringkat 74. Untuk tingkat nasional sendiri, UII sudah berada pada peringkat 11 dari 50 PT nasional yang ditampilkan di situs resmi webometrics itu. Pada rilis sebelumnya, UII berada peringkat 16 tingkat nasional.

Tabel 1: Perjalanan peringkat UII versi Webometrics


Merujuk pada tabel di atas, terlihat kinerja yang ditunjukkan sivitas UII secara teratur menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Hal itu ditandai dengan peningkatan signifikan yang diperoleh UII tiap semesternya, yakni tidak kurang dari 600 peringkat pada level dunia.

Sementara untuk level Asia Tenggara, UII yang baru masuk pada tahun Juli 2009 dengan peringkat 88 mengalami peningkatan sebanyak 14 peringkat menjadi 74 pada Januari 2010. Untuk level ini, peningkatan peringkat UII cukup besar pada rilis terbaru pada Juli 2010, yakni sebanyak 25 level hingga akhirnya saat ini UII berada pada peringkat 49.

Adapun untuk level nasional, UII yang sebelumnya hanya draw (tidak meningkat dan tidak pula turun) pada Januari 2010 pada level 16, naik 5 level sehingga nyaris masuk 10 besar. Dalam rilis terbaru webometris, UII berada pada peringkat 11.

Seiring dengan hasil penilaian webomatric, UII juga mengalami peningkatan berdasarkan penilaian lembaga pemeringkatan International Colleges and Universites (4ICU), merupakan lembaga pemeringkatan PT dunia yang juga berdasarkan pada kepopuleran suatu perguruan tinggi melalui situs resminya. Berbeda dengan Webometrics, 4ICU menggunakan tiga parameter dalam mengukur popularitas suatu PT, yaitu Google Pagerank, Yahoo Inbound Links, dan Alexa Traffic Rank. UII sendiri baru mengidentifikasi keberadaan lembaga pemeringkatan ini setelah adanya laporan yang dirilis pada awal Juli lalu.

Berdasarkan laporan 4ICU yang dirilis pada awal Juli lalu, UII berada pada peringkat 13 dalam List of Top Colleges and Universities in Indonesia 2010. Peringkat ini meningkat 2 level dari rilis sebelumnya pada Bulan Januari 2010 yang menempatkan pada peringkat 15. Sementara untuk tingkat internasional, dalam rilis terakhir versi 4ICU ini UII berada di peringkat 2319.

Rektor UII, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec mengungkapkan bahwa penilaian internasional yang terukur ini menunjukkan reputasi UII yang terus meningkat. “Naiknya peringkat UII dalam pemeringkat ini akan menjadi amunisi bagi UII untuk terus memperbaiki diri dan menjadikan dirinya sebagai PT yang unggul dan berdaya saing tinggi”, katanya.

“Pemeringkatan ini sendiri tentu tidak serta merta menjadikan UII lupa terhadap dirinya sebagai PT Islam. Nilai-nilai keislaman tetap akan dikedepankan dalam mengukir reputasi UII itu”, tambahnya.

Sementara itu, Direktur BSI UII, Fathul Wahid, M.Sc mengungkapkan, peningkatan peringkat sebuah PT dalam dunia menunjukkan proses pelayanannya yang semakin baik. “Naiknya peringkat UII menurut beberapa versi, termasuk Webometrics, merupakan dampak dari proses yang terus menerus diperbaiki”, katanya.

Perlu diingat pula, lanjut Fathul Wahid, bahwa secara filosofi pemeringkatan PT berdasarkan situs merupakan bukti kesiapan setiap PT berbagi dengan masyarakat dunia terhadap info dan karya PT tersebut. “Meningkatnya peringkat UII ini dalam Webometrics ini menunjukkan kesiapan kita untuk berbagi kepada seluruh masyarakat dunia”, pungkasnya.

Selasa, 08 Juni 2010

Perbedaan IPv4 dan IPv6

Fitur
IPv4: Jumlah alamat menggunakan 32 bit sehingga jumlah alamat unik yang didukung terbatas 4.294.967.296 atau di atas 4 miliar alamat IP saja. NAT mampu untuk sekadar memperlambat habisnya jumlah alamat IPv4, namun pada dasarnya IPv4 hanya menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan internet dunia.

IPv6: Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x 10^38 alamat IP yang unik. Jumlah yang masif ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah keterbatasan jumlah alamat pada IPv4 secara permanen.

Routing
IPv4: Performa routing menurun seiring dengan membesarnya ukuran tabel routing. Penyebabnya pemeriksaan header MTU di setiap router dan hop switch.

IPv6: Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari pendahulunya, IPv6 memiliki kemampuan untuk mengelola tabel routing yang besar.

Mobilitas
IPv4: Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh kemampuan roaming saat beralih dari satu jaringan ke jaringan lain.

IPv6: Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui roaming dari satu jaringan ke jaringan lain dengan tetap terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi.

Keamanan
IPv4: Meski umum digunakan dalam mengamankan jaringan IPv4, header IPsec merupakan fitur tambahan pilihan pada standar IPv4.

IPv6: IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6. Header IPsec menjadi fitur wajib dalam standar implementasi IPv6.

Ukuran header
IPv4: Ukuran header dasar 20 oktet ditambah ukuran header options yang dapat bervariasi.

IPv6: Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah header pada IPv4 seperti Identification, Flags, Fragment offset, Header Checksum dan Padding telah dimodifikasi.

Header checksum
IPv4: Terdapat header checksum yang diperiksa oleh setiap switch (perangkat lapis ke 3), sehingga menambah delay.

IPv6: Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header, melainkan secara end-to-end. Header IPsec telah menjamin keamanan yang memadai

Fragmentasi
IPv4: Dilakukan di setiap hop yang melambatkan performa router. Proses menjadi lebih lama lagi apabila ukuran paket data melampaui Maximum Transmission Unit (MTU) paket dipecah-pecah sebelum disatukan kembali di tempat tujuan.

IPv6: Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan paket data. Di samping itu, terdapat fitur MTU discovery yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat dalam sebuah jaringan dari ujung ke ujung.

Configuration
IPv4: Ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara manual.

IPv6: Memiliki fitur stateless auto configuration dimana ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis.

Kualitas Layanan
IPv4: Memakai mekanisme best effort untuk tanpa membedakan kebutuhan.

IPv6: Memakai mekanisme best level of effort yang memastikan kualitas layanan. Header traffic class menentukan prioritas pengiriman paket data berdasarkan kebutuhan akan kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi

Rabu, 31 Maret 2010

Pesawat Tempur Buatan Indonesia


T-50 golden Eagle

BANDUNG (Bisnis.com): Di bidang penguasaan teknologi pesawat terbang, Indonesia telah terkenal sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memproduksi dan mengembangkan pesawat sendiri. Walaupun di bidang pemasaran produksi pesawatnya sendiri harus kita akui kita masih kalah bila dibandingkan dengan Brazil, yang mengembangkan EMBRAER dan memasarkannya ke seluruh dunia.

Akan tetapi, beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara mulai mengalihkan perhatiannya ke pesawat buatan Indonesia, sebut saja Malaysia, Pakistan, UAE, Philipina, dan Korea Utara, serta beberapa negara lainnya. CN-235 tampaknya akan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas di beberapa tahun kedepan setelah lebih banyak negara yang sadar akan kehandalannya. Malaysia sendiri berencana memesan 4 pesawat tambahan untuk menambah jumlah pesawat CN-235 yang sudah mereka miliki (source)


Anda pasti berfikir, dengan semua kapasitas dan teknologi yang dimiliki Indonesia, kenapa sampai sekarang Indonesia belum membuat Jet tempur ?

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akhirnya siap berkerja sama dengan Korea Selatan mengerjakan proyek pengembangan model pesawat tempur senilai US$8 miliar yang ditawarkan pemerintah negara tersebut kepada Indonesia.

Direktur Integrasi Pesawat PT DI Budiwuraskito mengemukakan sejumlah sarana dan prasarana yang dimiliki badan usaha milik negara (BUMN) tersebut mampu mengerjakan pesawat tempur sejenis T-50 Golden Eagle yang merupakan pengembangan pesawat oleh Korea Selatan-Amerika Serikat.

“Kalau memroduksi sendiri [pesawat tempur] belum bisa, tetapi kalau bergabung dengan Korea Selatan bisa terlaksana,” katanya kemarin.

PT DI memiliki pengalaman dalam bidang kualifikasi dan sertifikasi dalam memproduksi pesawat-pesawat yang berkecepatan rendah seperti CN-235.

Sementara itu, Korea Selatan berpengalaman dalam memroduksi pesawat berkecepatan tinggi atau melebihi kecepatan suara (1 mach) T-50 Golden Eagle.

“PT DI memiliki lahan, laboratorium, ruang perakitan, sumber daya manusia, dan lain-lain. Jadi sebetulnya tinggal penggabungan teknologi saja,” katanya.

Budi mengatakan pengembangan dan pembangunan model pesawat yang ditawarkan Korea Selatan baru untuk jenis tempur (fighter), sementara pengembangan model pesawat jenis lainnya seperti jenis stealth (siluman), belum masuk program.

Dia menilai kerja sama pengembangan pesawat tempur kemungkinan bisa diwujudkan pada tahun ini setelah pemerintah Korea Selatan memberikan lampu hijau atas program kerja sama. “Pemerintah Korea Selatan tinggal menunggu persetujuan parlemennya dalam program pengembangan pesawat ini,” katanya.

Kamis, 04 Maret 2010

Kepala Firaun Raksasa Ditemukan


KAIRO, KOMPAS.com — Para arkeolog di Mesir menemukan kepala raksasa dari granit merah di lokasi yang dikenal kaya dengan peninggalan Mesir kuno di Luxor. Dewan Purbakala Mesir mencetuskan, Minggu (28/2/2010), bahwa kepala tersebut adalah citra dari salah satu firaun Mesir yang paling terkenal yang bertakhta kira-kira 3.400 tahun yang lalu.

Kepala batu dari Amenhotep III itu berukuran setinggi pria dewasa dan digali dari reruntuhan kuil yang juga merupakan kuburan firaun di kota selatan Luxor.

Kepala ekspedisi yang menemukan kepala tersebut mengatakan bahwa temuan ini adalah citra wajah Amenhotep III yang paling utuh sepanjang sejarah.

"Patung lainnya biasanya sudah ada kerusakan, entah ujung hidungnya atau wajahnya sudah terkikis," kata Dr Hourig Sourouzian, yang telah memimpin tim ekspedisi Mesir-Eropa pada situs itu sejak 1999. "Tapi kali ini, dari ujung mahkotanya sampai dagu, semuanya terukir dan terpoles dengan indahnya, tak ada yang rusak," ungkapnya.

Kepala itu merupakan bagian dari sebuah patung besar yang ditemukan beberapa tahun lalu. Sebelumnya juga telah ditemukan bagian-bagian tubuh lain dari patung itu, yaitu lempengan pada punggung dan juga janggut adat yang nantinya akan disambung ke bagian kepala tadi.

Amenhotep III adalah kakek dari firaun kecil yang terkenal, yaitu Tutankhamun, yang memerintah pada 1387-1348 SM pada masa kejayaan Kerajaan Baru Mesir dan menguasai kerajaan yang luas menghampar dari Nubia di selatan hingga Syria di utara.

Sourouzian mengatakan bahwa sang firaun itu masyur karena memimpin Mesir pada masa keemasannya di zaman ketika perdamaian dan kemewahan tersebar di seluruh kerajaannya. Para pengrajin masa itu juga mempertajam keahlian artistik mereka sehingga terlihat dari bentuk simetris kepala yang ditemukan itu.

"Andaikata dia (Amenhotep III) benar-benar mirip patung ini, berarti ia pria yang sangat sangat tampan," ucapnya.

Kuil pekuburan Amenhotep III sangat luas, tetapi sebagian besar telah rusak, mungkin karena banjir. Kini tembok-temboknya pun tak banyak tersisa.

Ekspedisi pimpinan Sourouzian telah menggali berbagai artefak dan patung-patungan dari reruntuhan itu, termasuk juga dua patung Amenhotep yang dibuat dari granit hitam yang ditemukan pada Maret lalu.

Kabut Nebula Berbentuk Kelelawar Angkasa


KOMPAS.com — Sebuah foto kabut nebula yang tersembunyi di dekat gugus bintang Orion memperlihatkan bentuk seperti seekor kelelawar sedang membentangkan sayapnya akibat pancaran gas yang muncul dari pusatnya.

Adalah bintang-bintang di Orion yang memancarkan cahaya dan angin kuat sehingga menghasilkan bentuk unik yang kemudian dinamai NGC 1788 itu. Lingkungan yang amat dinamis tersebut membantu terbentuknya ”rahim perbintangan”, tempat bintang-bintang dilahirkan.

NGC 1788 adalah sebuah nebula pantul di mana gas dan debu memantulkan cahaya dari gugusan bintang-bintang muda. Hasilnya berupa bentuk gas bercahaya, seperti kelelawar mengembangkan sayapnya.

Foto yang diambil menggunakan teleskop MPG/ESO 2,2 meter milik Observatorium La Silla European Southern Observatory di Cile tersebut diumumkan Selasa (3/3/2010).

Bintang-bintang raksasa di Orion diyakini menjadi penyebab pancaran gas hidrogen di nebula yang tampak sebagai garis merah nyaris vertikal di sebelah kiri foto.

Sedikit saja bintang yang menjadi bagian nebula itu terlihat dalam foto karena sebagian besar tertutup debu raksasa di sekitarnya. Bintang paling jelas, HD 293815, terlihat di bagian atas kabut, sedikit dekat pusat nebula.

Hampir semua bintang di wilayah itu masih sangat muda, dengan usia rata-rata hanya jutaan tahun. Usia yang amat muda dibandingkan umur Matahari yang sekitar 4,5 miliar tahun
sumber : kompas 4 maret 2010

Pengorbit Mars Membuat Para Ilmuwan Kagum


PASADENA, KOMPAS.com — Para ilmuwan dan pengamat antariksa terpukau oleh melimpahnya data yang dikirimkan wahana pengorbit NASA yang dikirim ke Mars.

Badan antariksa tersebut menyatakan, Rabu (3/3/2010), bahwa pengorbit bernama Mars Reconnaissance Orbiter telah mengirimkan data sebesar 100 terabit yang telah terkumpul sejak tahun 2006. Data sebanyak itu kira-kira sebanding dengan 3 juta lagu MP3.

Wahana pengorbit itu diluncurkan dari Florida tahun 2005 lalu tiba di Mars pada tahun 2006. Wahana ini merupakan pengintai tercanggih yang pernah dikirim ke planet merah itu.

Rich Zurek, ilmuwan proyek NASA dari bagian Laboratorium Daya Dorong Jet, mengaku kagum dengan kualitas gambar dan data lainnya yang dia terima. Data tersebut bisa membantu para ilmuwan lebih memahami planet itu.

Sekadar catatan, pengorbit itu tahun lalu sempat mengalami masalah komputer sehingga operasi ilmiahnya sempat terhenti. Namun, wahana tersebut kini sudah bekerja normal